Perkuat Pulau di Laut China SelatanSistem peluncur roket EXTRA milik Vietnam. (Soha) ○
Vietnam dikabarkan secara diam-diam telah memperkuat beberapa pulau tak berpenghuni di Laut China Selatan dengan sistem peluncur roket terbaru yang mampu menghantam landasan pacu dan instalasi militer Tiongkok di perairan sengketa tersebut.
Kabar didapat kantor berita Reuters, Rabu (9/8/2016), dari beberapa diplomat dan pejabat militer anonim. Data intelijen menunjukkan Hanoi telah mengirim sistem peluncur roket dari pulau utama Vietnam ke lima titik di Kepulauan Spratly di Laut China Selatan dalam beberapa bulan terakhir.
Sistem peluncur roket Vietnam ini tersembunyi dari pengawasan udara dan hingga saat ini belum dipersenjatai. Tiga sumber anonim memberitahu Reuters bahwa sistem ini sudah bisa beroperasi penuh dalam kurun waktu dua hingga tiga hari ke depan.
Kementerian Luar Negeri Vietnam menegaskan informasi tersebut "tidak akurat," namun tanpa memberikan detail lebih lanjut.
Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal Senior Nguyen Chi Vinh mengatakan kepada Reuters pada Juni bahwa Vietnam tidak memiliki sistem peluncur roket atau senjata apapun di Spratly, namun berhak mendatangkannya untuk mempertahankan kedaulatan negara.
"Merupakan hak kami untuk melindungi diri dengan mengirim senjata kapan pun dan ke wilayah mana pun yang masih dalam teritorial kedaulatan Vietnam," tegas dia.
Pengiriman senjata yang dapat sewaktu-waktu dilakukan bertujuan untuk menentang Tiongkok yang membangun instalasi militer di tujuh pulau tak berpenghuni di Spratly. Vietnam khawatir pembangunan landasan pacu, sistem radar dan instalasi lainnya oleh Tiongkok akan membuat pertahanan Vietnam di bagian selatan rapuh.
Sejumlah analis menilai pengiriman sistem peluncur roket -- jika terbukti benar -- adalah langkah pertahanan paling signifikan yang dilakukan Vietnam di Laut China Selatan dalam beberapa dekade terakhir.
Hanoi ingin menyiapkan pertahanan karena ketegangan di Laut China Selatan meningkat setelah keluarnya putusan dari Pengadilan Arbitrase Internasional (PCA). Pengadilan yang berbasis di Den Haag itu menyatakan klaim sembilan garis putus (nine-dashed line) Tiongkok di Laut China Selatan tak berdasar. Tiongkok menolak mematuhi putusan PCA.
Selama ini Tiongkok mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan berdasarkan peta versi mereka sendiri yang dibuat pada 1947. Klaim Tiongkok membuat geram sejumlah negara tetangga, yakni Vietnam, Taiwan, Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam.
"Militer Tiongkok melakukan operasi pengawasan situasi di laut dan udara di sekitar Spratly," tulis Kemenhan Tiongkok dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Reuters.
"Kami berharap negara-negara terkait dapat bergabung dengan Tiongkok dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," lanjutnya.
Amerika Serikat juga mengawasi perkembangan di Laut China Selatan. "Kami terus menyerukan kepada pihak berseteru di Laut China Selatan untuk menghindari aksi yang dapat meningkatkan ketegangan, mengambil langkah praktis untuk membangun kepercayaan dan berupaya secara intensif untuk mencari solusi damai," ujar pernyataan Kemenlu AS.
Peluncur Roket Berteknologi Tinggi
Sejumlah analis militer meyakini sistem peluncur roket bernama EXTRA ini adalah peralatan canggih yang belum lama ini didapatkan Vietnam dari Israel.
Roket EXTRA yang diluncurkan memiliki tingkat akurasi tinggi hingga jarak 150 kilometer. Sistem ini juga dapat menembakkan roket ke beberapa target secara bersamaan. Beroperasi dengan pesawat tanpa awak atau drone, sistem ini dapat menghantam target di laut dan darat.
Dengan melihat spesifikasi tersebut, sistem peluncur roket Vietnam dapat menjangkau landasan pacu dan instalasi militer Tiongkok di Subi, Fiery Cross dan Mischief Reef.
Meski Vietnam memiliki sistem misil buatan Rusia yang lebih besar dan lebih jauh jangkauannya, namun EXTRA lebih mudah dipindah-pindahkan. EXTRA cocok digunakan dalam operasi di pulau-pulau kecil.
"Saat Vietnam mendapatkan EXTRA, hampir dipastikan akan dikirim ke Spratly. Senjata itu sangat cocok dikirim ke sana," kata Siemon Wezeman, seorang peneliti senjata di Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI).
Carl Thayer, seorang pakar dalam kemiliteran Vietnam di Akademi Pertahaan Australia, mengatakan pengiriman EXTRA memperlihatkan keseriusan Vietnam dalam menangkis ancaman Tiongkok.
"Landasan pacu dan instalasi militer Tiongkok di Spratly adalah tantangan langsung kepada Vietnam, terutama di wilayah selatan negara. Mereka menunjukkan kesiapan menghadapi ancaman tersebut," ungkap Thayer. "Tiongkok kemungkinan tidak akan melihat pengiriman itu sebagai langkah pertahanan, yang dapat memicu fase baru dalam militerisasi di Spratly."
Trevor Hollingsbee, mantan analis intelijen angkatan laut Inggris, meyakini pengiriman EXTRA juga mengandung faktor politik. "(Pengiriman EXTRA) itu adalah komplikasi baru yang tiba-tiba hadir di area yang didominasi Tiongkok," ucap dia. (WIL)
Vietnam dikabarkan secara diam-diam telah memperkuat beberapa pulau tak berpenghuni di Laut China Selatan dengan sistem peluncur roket terbaru yang mampu menghantam landasan pacu dan instalasi militer Tiongkok di perairan sengketa tersebut.
Kabar didapat kantor berita Reuters, Rabu (9/8/2016), dari beberapa diplomat dan pejabat militer anonim. Data intelijen menunjukkan Hanoi telah mengirim sistem peluncur roket dari pulau utama Vietnam ke lima titik di Kepulauan Spratly di Laut China Selatan dalam beberapa bulan terakhir.
Sistem peluncur roket Vietnam ini tersembunyi dari pengawasan udara dan hingga saat ini belum dipersenjatai. Tiga sumber anonim memberitahu Reuters bahwa sistem ini sudah bisa beroperasi penuh dalam kurun waktu dua hingga tiga hari ke depan.
Kementerian Luar Negeri Vietnam menegaskan informasi tersebut "tidak akurat," namun tanpa memberikan detail lebih lanjut.
Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal Senior Nguyen Chi Vinh mengatakan kepada Reuters pada Juni bahwa Vietnam tidak memiliki sistem peluncur roket atau senjata apapun di Spratly, namun berhak mendatangkannya untuk mempertahankan kedaulatan negara.
"Merupakan hak kami untuk melindungi diri dengan mengirim senjata kapan pun dan ke wilayah mana pun yang masih dalam teritorial kedaulatan Vietnam," tegas dia.
Pengiriman senjata yang dapat sewaktu-waktu dilakukan bertujuan untuk menentang Tiongkok yang membangun instalasi militer di tujuh pulau tak berpenghuni di Spratly. Vietnam khawatir pembangunan landasan pacu, sistem radar dan instalasi lainnya oleh Tiongkok akan membuat pertahanan Vietnam di bagian selatan rapuh.
Sejumlah analis menilai pengiriman sistem peluncur roket -- jika terbukti benar -- adalah langkah pertahanan paling signifikan yang dilakukan Vietnam di Laut China Selatan dalam beberapa dekade terakhir.
Hanoi ingin menyiapkan pertahanan karena ketegangan di Laut China Selatan meningkat setelah keluarnya putusan dari Pengadilan Arbitrase Internasional (PCA). Pengadilan yang berbasis di Den Haag itu menyatakan klaim sembilan garis putus (nine-dashed line) Tiongkok di Laut China Selatan tak berdasar. Tiongkok menolak mematuhi putusan PCA.
Selama ini Tiongkok mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan berdasarkan peta versi mereka sendiri yang dibuat pada 1947. Klaim Tiongkok membuat geram sejumlah negara tetangga, yakni Vietnam, Taiwan, Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam.
"Militer Tiongkok melakukan operasi pengawasan situasi di laut dan udara di sekitar Spratly," tulis Kemenhan Tiongkok dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Reuters.
"Kami berharap negara-negara terkait dapat bergabung dengan Tiongkok dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," lanjutnya.
Amerika Serikat juga mengawasi perkembangan di Laut China Selatan. "Kami terus menyerukan kepada pihak berseteru di Laut China Selatan untuk menghindari aksi yang dapat meningkatkan ketegangan, mengambil langkah praktis untuk membangun kepercayaan dan berupaya secara intensif untuk mencari solusi damai," ujar pernyataan Kemenlu AS.
Peluncur Roket Berteknologi Tinggi
Sejumlah analis militer meyakini sistem peluncur roket bernama EXTRA ini adalah peralatan canggih yang belum lama ini didapatkan Vietnam dari Israel.
Roket EXTRA yang diluncurkan memiliki tingkat akurasi tinggi hingga jarak 150 kilometer. Sistem ini juga dapat menembakkan roket ke beberapa target secara bersamaan. Beroperasi dengan pesawat tanpa awak atau drone, sistem ini dapat menghantam target di laut dan darat.
Dengan melihat spesifikasi tersebut, sistem peluncur roket Vietnam dapat menjangkau landasan pacu dan instalasi militer Tiongkok di Subi, Fiery Cross dan Mischief Reef.
Meski Vietnam memiliki sistem misil buatan Rusia yang lebih besar dan lebih jauh jangkauannya, namun EXTRA lebih mudah dipindah-pindahkan. EXTRA cocok digunakan dalam operasi di pulau-pulau kecil.
"Saat Vietnam mendapatkan EXTRA, hampir dipastikan akan dikirim ke Spratly. Senjata itu sangat cocok dikirim ke sana," kata Siemon Wezeman, seorang peneliti senjata di Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI).
Carl Thayer, seorang pakar dalam kemiliteran Vietnam di Akademi Pertahaan Australia, mengatakan pengiriman EXTRA memperlihatkan keseriusan Vietnam dalam menangkis ancaman Tiongkok.
"Landasan pacu dan instalasi militer Tiongkok di Spratly adalah tantangan langsung kepada Vietnam, terutama di wilayah selatan negara. Mereka menunjukkan kesiapan menghadapi ancaman tersebut," ungkap Thayer. "Tiongkok kemungkinan tidak akan melihat pengiriman itu sebagai langkah pertahanan, yang dapat memicu fase baru dalam militerisasi di Spratly."
Trevor Hollingsbee, mantan analis intelijen angkatan laut Inggris, meyakini pengiriman EXTRA juga mengandung faktor politik. "(Pengiriman EXTRA) itu adalah komplikasi baru yang tiba-tiba hadir di area yang didominasi Tiongkok," ucap dia. (WIL)
★ Metrotv
No comments:
Post a Comment