SEBUAH penelitian mengungkapkan bahwa remaja laki-laki yang gemuk punya risiko kehilangan hingga 50% hormon testosteron. Hal ini bisa meningkatkan risiko infertilitas di kemudian hari.
Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di University at Buffalo di Amerika Serikat menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa kadar hormon testosteron pada pria muda gemuk berusia 14-20 tahun hanya setengah dari kadar hormon testosteron milik pemuda dengan berat badan normal.
Sebelumnya tim peneliti ini pada 2004 juga melaporkan bahwa tingkat testosteron rendah – yang dikenal sebagai hipogonadisme – dapat menyebabkan penyakit obesitas dan diabetes tipe 2.
Penelitian yang dipimpin Dr. Paresh Dandona, Profesor Kehormatan di Departemen Kedokteran, mengatakan, “Kami terkejut mengamati pengurangan 50% testosteron dalam penelitian ini karena anak laki-laki yang gemuk ini masih muda dan tidak diabetes. Implikasi dari temuan kami, terus terang, menghebohkan karena anak laki-laki berpotensi impoten dan mandul.”
Pada 2009, sekira 20% anak laki-laki di Inggris berusai 11-15 tahun tercatat menderita obesitas. Penelitian ini melibatkan 25 remaja obesitas dan 25 remaja non-obesitas yang diperikasa usia dan tingkat kematangan seksualnya.
“Temuan ini menunjukkan bahwa efek dari obesitas sangat kuat, bahkan pada orang muda. Gaya hidup dan asupan gizi pada masa kanak-kanak memiliki dampak besar pada seluruh tahap kehidupan,” lanjut Dr. Dandona.
Dr. Dandona mengatakan, selain konsekuensi reproduksi, tingkat ketiadaan atau rendahnya testosteron yang ditemukan juga akan meningkatkan kecenderungan berkurangnya lemak dan otot perut. Hal ini dapat menyebabkan resistensi insulin yang dapat mengakibatkan diabetes.
“Kabar baiknya adalah kita tahu bahwa kadar testosteron dapat kembali normal pada pria dewasa obesitas yang menjalani operasi bypass lambung. Ada kemungkinan bahwa tingkat testosteron juga akan kembali normal jika berat badan turun dan perubahan gaya hidup, namun hal ini perlu dikonfirmasi dengan penelitian yang lebih besar,” jelas Dr. Dandona.
Makalah ini dipublikasikan secara online dalam jurnal Clinical Endocrinology, seperti dilansir Dailymail.
No comments:
Post a Comment